KAMU

            Pernah mengalami sesuatu hal yang menurut mu pada saat itu bukanlah hal baik, tetapi tetap kamu lakukan?, dan pada saat ini kamu merasa hal yang kamu lakukan tersebut membuat mu berpikir bahwa itu konyol. Ya, jawabannya aku pernah. Masa muda memang saat yang tepat untuk mencoba segala hal baik yang telah dipikirkan ataupun terjadi begitu saja. Konsekuensi yang muncul adalah penyesalan selalu datang terakhir. 
           Keadaan ini membuat aku berpikir, bahwa aku bukanlah anak kecil lagi yang bisa seenaknya saja melakukan sesuatu. Kamu sudah di titik, dimana sudah tahu mana hal yang baik dan mana hal yang tidak baik. Saran orang tua pun kadang aku terima tetapi tidak aku kerjakan. Sampai di satu waktu aku seperti kena batunya. 
          Kehidupanku selama ini seperti berputar pada satu lingkaran yang tak ada habisnya. Banyak pikiran, waktu dan hal lainnya yang kuhabiskan untuk menggapai citaku, mencari teman ataupun kekasih. Tapi, tak satu pun semua berjalan lancar. Pada akhirnya aku memutuskan, untuk berdiri sendiri tak mencari hal apa pun lagi dan menghadapi apa yang ada sekarang di depan ku.
          Untuk sesaat aku bahagia menjalaninya, walaupun dengan rutinitas yang sama dan terkadang aku harus berpikir untuk mencari kegiatan lain yang harus aku lakukan agar tidak bosan. Pernah terbesit dipikiranku, apakah aku ini aneh?. Bukannya lebih suka sendiri, tetapi terkadang aku lebih nyaman dengan diri ku sendiri atau duniaku. Punya banyak teman, ia. Punya sahabat, ia. Untuk saat tertentu mungkin aku lebih egois dari siapa pun.
         Egois, keras kepala semua orang pasti punya sifat tersebut, dan buat aku sifat tersebut ternyata pernah memakan diri ku sendiri. Ya.., memakan diri ku sendiri dengan menjadi orang yang menutup hati untuk orang lain. Pengalaman dan perlakuan buruk yang baru aku sadari sekarang pernah aku dapatkan membuat aku tak mudah percaya pada orang lain. Mungkin, menurut pikiranku sendiri, aku merupakan tipe orang yang tak suka berteman. Muncul dipikiranku pada satu titik, "kenapa, aku tidak bisa menjadi seperti orang lain?, yang bisa berteman dengan siapa saja dengan santai". tetapi balik lagi, aku masih berusaha menutupi dan mengubah sifatku tersebut.
       Sampai pada akhirnya, aku tak sengaja bertemu kamu. Kamu, adalah seseorang yang berani masuk ke dalam hati ini. Hati yang takut untuk ku buka kembali. Takut untuk menerima keadaan ini, takut untuk bahagia pada keadaan ini. Namun, semua pikiran itu aku tepis dengan pikiran lainnya, bahwa itu hanya permainan saja. 
        Dengan tak pedulinya aku pada kamu, aku melanjutkan aktivitasku seperti biasa. Jarangnya aku melihat notifikasi handphone dikarenakan tak semua penting untuk diketahui. Lalu, tiba-tiba aku ingin sekali melihat handphone, dan ku temukan kamu menghubungiku melalui aplikasi chat. Aku buka tanpa membuka aplikasi tersebut, dengan menilik melalui layar. Kalimat pertama yang muncul dan aku ingat, "Sudah sampai rumah?". "Tahu dari mana nomerku?". tak begitu saja aku balas. Aku pun berpikir dan baru mengingat ternyata kami tak sengaja bertuka nomor handphone karena berbagi foto melalui suatu aplikasi chat.
      Sekian waktu terlewat begitu saja, dengan kegiatan dan kesibukan masing-masing. Membuat kamu jarang berkomunikasi bahkan mungkin tidak pernah. Hingga pada saat hari itu, aku pun benar-benar bodoh atau tak bisa berpikir, aku mencoba menghubunginya terlebih dahulu. Sungguh, itu hal memalukan yang aku lakukan, hanya untuk memberikan tes pada dia apakah dia main-main atau tidak. Tetapi kenapa aku percaya diri sekali, kalau cuma aku saja yang diajaknya berkomunikasi, mungkin saja ada wanita lain, atau mungkin dia hanya ingin berteman atau bertegur sapa saja. Tapi, tetap saja aku lakukan.
      Balasan yang aku dapatkan dari dia membuat ku tersenyum tipis, menandakan aku suka dia membalasnya. Memang tak masuk di akal pada saat itu. Dengan mulainya komunikasi kami kembali, kami pun terbiasa lagi untuk saling menghubungi lebih sering dibandingkan sebelumnya yang terkadang tetap di balas namun lama. Hubungan kami bisa dibilang tak ada status, kami menganggap kami teman untuk bercerita. Memang komunikasi tidak dalam, tapi tetap masih ada saling menghubungi.
       Beberapa waktu terlewat, kami pun bertemu dan mencoba mengobrol. Banyak hal yang ternyata kami sukai, hingga pada satu saat kami mencoba untuk memiliki hubungan lebih dari sekedar teman mengobrol. Hingga beberapa tahun berjalan, kamu tak pernah berubah. Selalu bisa menengahi segala hal dan memposisikan dirimu dengan baik. Banyak hal yang aku pelajari dari kamu, tentang mulai mengubah kebiasaan burukku, sikapku kepada orang lain.
      Memiliki kamu, merupakan salah satu kebahagiaan yang aku terima. Terima kasih untuk semuanya, dan terus lah selalu menjadi orang yang hebat untuk dirimu sendiri, orang lain, keluarga dan aku.
     
          

Komentar

Postingan Populer